Mereka berbalas percikan air seperti aku
kepada yang duduk di dalam mataku sekarang.
Aku belum menjadi perempuan.
Warna tubuhku tiada hijau yang memberi kita satu nyawa.
Kupu-kupu itu ingin bunga dari daun hijau,
maka dia menangis saat daun-daun direbut
tanah yang menjadi surga kita dalam berbagi rasa dan menanam rasa
Di beranda rumah rumput ini kita menikmati irama dan nada yang dialunkan angin,
disuguhi buah-buah ranum yang dapat kita petik ketika kita lapar,
percikan air di balik
celah daun kuning dapat menghela haus kita setiap usai mendesahkan kata di telinga.
Lupakan kupu-kupu itu, beranjaklah dari kursimu dan pegang ujung celanaku.
Mari kita ikuti gerak daun yang menari di depan rumah kita.
by me
Tidak ada komentar:
Posting Komentar